Jadi Joki Skripsi? Baiklah ini cerita saya mengambil Keputusan setelahnya
Tentukan pilihanmu dari sekarang
Kadang hampir di setiap waktu di musim SK (surat keputusan) judul proposal penelitian mahasiswa di terbitkan oleh pihak kampus, ada aja yang tanya ke saya, “Mas, bisa gak ngerjain program saya ?” (wajar saja memang, karena saat itu saya masih banyak teman yang sedang menyelesaikan studinya).
Dulu ketika saya gak ada kerjaan, maka saya coba untuk menerima tawaran tersebut (yah, namanya programmer pemula 😅 ), “Peluang ini, jangan sampe kelewat, lumayan jadi bahan latihan” ungkap saya dalam hati, tanpa pikir panjang pertanyaan tersebut akan saya respon dengan senang hati.
Berbagai pertanyaan kembali akan saya ajukan mulai dari judulnya apa, kalau judulnya web mau gak dibuat pake framework php (kebetulan waktu itu saya lagi ngedalemin salah satu framework php), deadline nya berapa lama dan sederet pertanyaan untuk ngebuat saya yakin, kalau saya bisa ngerjainnya.
Setelah dilakukan diskusi yang agak panjang dan saya pun menyanggupi pembuatan program dalam waktu yang diminta, biasanya mahasiswa tersebut akan nanya ke hal yang paling inti, “Kira kira berapa harga nya mas ?”, jika percakapan sudah sampai sini jarang mahasiswa tersebut yang gak setuju bila harga yang kita berikan sesuai dengan kantong mahasiswa.
Seiring berjalan nya waktu dan bertemu dengan berbagai tipe mahasiswa yang programnya saya kerjakan, ada beberapa kondisi mahasiswa yang membuat saya khawatir untuk melanjutkan perkerjaan ini, walaupun ada diantara mereka yang sangat berterima kasih karena telah dibantu untuk menyelesaikan studinya.
Haruskah saya terus membantu mahasiswa dengan membuatkan program nya ?
Semakin saya fokus dengan perkerjaan ini, malahan saya semakin memiliki alasan yang kuat untuk berhenti dari perkerjaan ini, penyebabnya yang saya amati selama ini adalah karena kondisi-kondisi negatif yang dialami oleh mahasiswa tersebut membuat saya prihatin, apa aja emang ? ini dia :
Sidangnya kacau, padahal programnya sudah berhasil kita buat sesuai dengan permintaan dan juga sudah kita ajarkan semua hal (dalam waktu singkat), tapi ketika mahasiswa tersebut sidang, sidang nya kacau, mulai dari program gak running (padahal sebelumnya di coba bisa), proyektor gak nyala nyala, lupa ngidupin xampp , akhirnya ketika di uji untuk modifikasi kode program untuk merubah warna tampilan dll, ternyata gak bisa (karena memang waktu sidang itu gak sesuai dengan apa yang kita perkirakan, jadi kalau kita gak tau keseluruhan kode program mulai dari nol sampai selesai, kemungkinan besar akan susah untuk memodifikasi kode program ketika sidang), dan yang terjadi revisinya banyak, bahkan bisa melebar ke yang lainnya, belum lagi kalau ditambah programmer nya gak ada kabar setelah sidang, wah mumet ini ( 😯 ).
Dosen saya dulu pernah bilang, “Kesusahan selama proses mengerjakan tugas akhir akan menjadikan kemudahan saat sidang nanti, akan tetapi sebaliknya kemudahan saat mengerjakan tugas akhir (minta buatin) akan menjadikan kesusahan saat sidang nanti, maka dari itu buat keputusanmu dari sekarang!”.Kurangnya kepercayaan diri, ketika program seorang mahasiswa itu dibuatkan oleh orang lain, rupanya ketika itu dia sedang mengalami fase yang namanya krisis ketidak percayaan diri, dia gak percaya dengan skill yang dia punya (yang semestinya bisa dia tingkatkan/upgrade), dan sedihnya gak sedikit mahasiswa (termasuk teman saya sendiri) yang mengalami fase ini, sehingga akibat dari kurangnya kepercayaan dirinya yang sangat kelihatan adalah sidang tugas akhirnya kacau, akan tetapi gak sedikit juga mahasiswa yang sedang mengalami fase ini namun dia berusaha bangkit dan akhirnya mereka berhasil keluar dari fase ini.
Program tugas akhir nya gak terpakai, ketika mahasiswa tersebut lulus kuliah kemudian dia memilih pekerjaan yang gak sama dengan penelitian tugas akhirnya, yang terjadi dengan programnya tersebut adalah gak terpakai, program yang dia beli dengan harga yang gak murah tersebut, hanya akan menjadi sebuah history dalam perjalanannya untuk mendapatkan ijazah.
Setelah wisuda bingung mau kerja apa, ini dia yang sering sekali terjadi, ya mau gimana lagi, sementara dia bergelut di bidang IT yang menjadi tuntutan nya adalah skill, semua lowongan pekerjaan di bidang IT khususnya programmer ada persyaratan ini, sementara gimana kalau dia kurang pengalaman koding, dan ketika ikut test lowongan perkerjaan terbukti nilainya gak memenuhi syarat, mau pindah ke perkerjaan lain tapi kurang pengalaman, kurang percaya diri dan akhirnya bingung.
Kondisi diatas lah yang menyebabkan saya semakin yakin untuk berhenti membuatkan program mahasiswa. “Terus gimana cara saya agar dapat membantu mahasiswa tersebut, tetapi tidak dengan cara membuatkan program tugas akhirnya ?”, ungkap saya dalam hati.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa mahasiswa lulusan IT banyak yang gak bisa koding, belum siap terjun ke dunia industri dan akhirnya memilih pekerjaan yang gak sesuai dengan jurusannya semasa kuliah dan sebagainya.
Namun, jika mahasiswa tersebut salah satunya adalah teman seperjuangan kita atau tetangga disamping rumah kita atau bahkan saudara kandung kita sendiri, apa kita gak merasa ikut sedih, waktu selama 3–5 tahun dan biaya sampai puluhan juta sudah dikeluarkan selama kuliah sepertinya belum terlihat hasilnya.
. . .
Fikiran saya terus dipenuhi dengan kerisauan tentang nasib mahasiswa tersebut, karena kalau negara kita Indonesia tidak mau darurat programmer, maka salah satu solusinya adalah bagaimana kita memperbaiki kualitas SDM nya di bidang IT ini, dimulai dari mahasiswa dahulu, gak masalah fikir saya. Di lain tempat memang sudah banyak yang melakukan aksi serupa, termasuk dari pihak pemerintah sendiri, tetapi ada saja wilayah yang belum terjamah.
Kalau kita berfikir secara jernih, alangkah lebih baiknya jika waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas akhir selama ± 4 bulan, digunakan untuk mendalami skill nya di bidang IT (pemrograman), bisa dengan cara minta diajarkan oleh temannya atau bahkan ikut kursus pembuatan program dan sebagainya yang terpenting dia bisa membuatnya sendiri.
Setelah mahasiswa tersebut lulus kuliah otomatis dia sudah punya pengalaman koding dari hasil membuat program tugas akhirnya secara mandiri , keuntungannya adalah program tersebut bisa dipakai sebagai portofolio nya di bidang IT untuk mendukung dia mendapatkan pekerjaan.
Ketika mahasiswa tersebut kurang percaya diri tapi dia ingin sekali berubah, ingin sekali percaya dengan dirinya sendiri, memang rasanya itu pasti berat, itu wajar, akan tetapi coba kita lihat dampak positifnya yang akan terjadi kalau dia mau berubah, diantaranya:
Sidangnya akan mudah, karena yang membuat programnya dari nol sampai jadi adalah dia sendiri, otomatis dia akan bisa menjelaskan semua yang telah dia buat, bahkan ketika dosen menyuruh untuk memodifikasi kode program nya pun, dia pasti akan bisa. Intinya ketika sidang dia akan percaya diri.
Setelah wisuda gak akan bingung cari kerja, karena di bidang IT Programmer itu adalah komoditas langka yang pasti dicari, saat ini permintaan pasar untuk programmer lebih banyak ketimbang stok programmer nya, hanya saja kita mesti punya link yang banyak, baik link yang offline maupun yang online.
Program tugas akhirnya akan terpakai, jika mahasiswa tersebut sudah menentukan pekerjaan nya sesuai dengan tugas akhirnya, artinya passion nya akan sesuai dengan bidang nya tersebut, otomatis program nya pun mau gak mau akan terpakai lagi, bisa saja sebagai referensi, atau untuk portofolio, atau bahkan programnya bisa di terapkan di suatu tempat.
Satu hal yang sampai saat ini masih saya yakini yaitu…
Skill menentukan seberapa layak kita untuk di bayar.
Setelah memikirkan dan menimbang semua aspek saya memutuskan untuk membantu mahasiswa tersebut agar bisa berhasil merubah nasibnya dengan memiliki beberapa hal penting berikut ini:
Memiliki tujuan hidup (impian) yang ingin dicapai nya dengan spesifik dan terukur.
Bisa memaksimalkan usahanya dengan mengerahkan semua potensi yang dia miliki untuk mengerjakan tugas akhirnya secara mandiri, demi meraih impian dan skill yang relevan dengan dunia industri.
Memiliki alasan yang jelas mengenai Mengapa dia harus bisa mandiri mengerjakan tugas akhirnya demi meraih impiannya.
Memiliki rencana tindakan yang jelas agar rencana-rencana yang dia buat menjadi Mungkin untuk dilakukan, sehingga impiannya pun dapat menjadi Kenyataan. Untuk bisa mandiri mengerjakan tugas akhir, dia harus punya rencana dengan siapa dia belajar, kapan saat yang tepat untuk belajar, apa saja aktivitas yang harus dia kurangi, materi apa saja yang kira-kira butuh fokus yang tinggi dan sebagainya.
Memiliki tenggat waktu yang jelas sehingga mampu mengembangkan rencana yang dapat dicapai dan memiliki perasaan terdesak untuk mewujudkannya.
Jika ingin berjalan cepat berjalanlah sendirian, jika kamu ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama ~~ (John F. Kennedy)
Menyadari bahwa untuk bisa memberikan manfaat yang besar tersebut pastinya memerlukan usaha yang besar juga, maka melakukannya dengan usaha bersama - sama orang lain lebih saya sukai daripada melakukanya secara sendirian, maka dari itu akhirnya kami 8 tahun yang lalu membuat sebuah wadah untuk tempat berkumpul yang kami sebut Codeathome ~ We start from home.
That's it, itulah kisahku dalam bagian episode ini ceritaku mana ceritamu ? 😄
Catatan :
Tulisan diatas gak ada maksud untuk menyinggung siapapun, murni cerita dari pengalaman Penulis.
Tapi, disatu sisi saya berusaha menyikapi hal ini dengan bijak seperti yang dikatakan oleh mas Irfan Maulana dalam salah satu tulisannya :
“Pada dasarnya setiap hal itu ada sisi baiknya, seringkali kita saja yang tidak melihat pada sisi yang tepat.”
Jadi menurut saya gak masalah kalau sekarang kita sudah punya pekerjaan yang bener-bener kita sukai walaupun gak sesuai dengan jurusan yang kita ambil sewaktu kuliah dan juga “kalau” dulunya “tugas akhir” kita dibuatin orang, no problem, semua keputusan di kamu, putuskan dengan bijak!
- Karena ada juga orang yang kuliah dan skripsi nya gak sesuai dengan kerjaan dia yang saat ini, faktanya dia gak bingung, kerjanya happy, di tambah lagi gajiannya lancar 😄, tetapi setelah di cek lebih lanjut history nya, sama juga, tetep pasti ada keputusan besar yang dia ambil, keputusan yang dia ambil berdasarkan kata hati dan pemikirannya, jadi benang merahnya adalah masa lalu biarlah berlalu (buat yg programnya di kerjain orang lain), jangan risau jangan ragu untuk ngambil keputusan selagi itu baik, kalau gagal ? Buat keputusan lagi, ambil baiknya buang buruknya, yang penting tetap 🔥.